KEBUDAYAAN SUNDA
MAKALAH
Disusun dalam Rangka:
Memenuhi Tugas Matakuliah
Pengantar Pendidikan yang diberikan oleh dosen
pengampu
Drs.Juhaeni, M.Pd
Disusun Oleh:
(Kelompok 2)
ALI ARIDI
FAIZ AL BAIHAQI
FAJAR RAMADAN
INDRI RAHMA DEWI SAFITRI
SITI ANNISAH
SOMAD
SEKOLAH
TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN [STKIP]
INVADA
CIREBON
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER
Jl. Brigjen Darsono No. 20A, By Pass Cirebon
Telp. 08112433883
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur mari
kita panjatkan kepada Allah SWT. karena atas karuia-Nya makalah yang berjudul “Kebudayaan
Sunda” dapat terselesaikan. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas matakuliah
Pendidikan Agama Islam. Atas dukungan moral dan materi yang diberikan dalam
penyusunan makalah ini, maka kami mengungkapkan banyak terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa
makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang
membangun dari rekan-rekan sangat diharapkan untuk penyempurnaan makalah ini.
Semoga
Bermanfaat.
Cirebon, November 2016
Penulis
COVER................................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR........................................................................................................ ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................... iii
BAB I
PENDAHULUAN.................................................................................................... 1
1.
Latar Belakang......................................................................................................... 1
2.
Tujuan....................................................................................................................... 1
3.
Manfaat..................................................................................................................... 2
BAB II
PEMBAHASAN..................................................................................................... 3
1.
Pola Hidup Suku Sunda.......................................................................................... 3
2.
7 Unsur Kebudayaan Suku Sunda......................................................................... 3
3.
Upacara Adat Pengantin Suku Sunda................................................................... 7
BAB III
PENUTUP............................................................................................................. 9
1.
Kesimpulan............................................................................................................... 9
2.
Saran......................................................................................................................... 9
DAFTAR
PUSTAKA........................................................................................................ 10
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Sunda adalah sebagai nama kerajaan kiranya baru muncul
pada abad ke 8 sebagai lanjutan atau penerus kerajaan Tarumanegara. Pusat
kerajaan berada di sekitar Bogor, sejarahnya sunda mengalami babak baru karena
arah pesisir utara di Jayakarta (Batavia) masuk ke kuasaan kompeni Belanda
sejak 1610 dan dari arah pedalaman sebelah timur masuk kekuasaan Mataram sejak
1625.
Suku sunda
merupakan kelompok etnis yang berasal dari bagian barat pulau Jawa, Indonesia,
yaitu berasal dan bertempat tinggal di Jawa Barat. Daerah yang juga sering
disebut Tanah Pasundan atau Tatar Sunda. Masyarakat sunda mengartikan kata
“sunda” menjadi beberapa pengertian :
Sunda, dari
kata “Saunda”, berarti Lumbung bermakna (subur dan makmur)
Sunda, dari
kata “Sonda”, berarti bahagia
Sunda, dari
kata “Sonda”, berarti sesuai dengan keinginan hati
Sunda, dari
kata “Sundara”, berarti lelaki yang tampan
Sunda, dari
kata “Sundari”, berarti wanita yang cantik
Sunda, dari
kata “Sundara”, nama dewa kamaja (penuh rasa cinta kasih)
Sunda
berarti indah.
Jika dilihat dari arti Sunda diatas, tidak ada satupun
arti yang kurang baik, hampir semua artinya baik. Hal ini menunjukkan bahwa
tujuan masyarakat sunda adalah pengharapan akan kebaikan dalam setiap aspek
kehidupan.
2. Tujuan
Berdasarkan masalah di atas, maka
tujuan makalah ini adalah sebagai berikut:
1)
Terutama untuk memenuhi tugas
matakuliah Pendidikan Agama Islam
2)
Untuk mengetahui bagaimana
kebudayaan sunda
3)
Dan menambah ilmu pengetahuan dan
wawasan
3. Manfaat
Makalah ini ditulis dengan tujuan agar dapat
memberikan gambaran umum kepada masyarakat luas tentang salah satu kebudayaan
di Indonesia salah satunya kebudayaan sunda yang kami bahas dalam makalah ini.
Sehingga pendidikan dapat terlaksana dengan baik dan
tepat sasaran. Selain itu juga diharapkan dapatmenambah
kepustakaan tentang pendidikan. Dan memberi ilmu serta wawasan kepada para
pembaca agar dapat menjadi orang yang berilmu pengetahuan luas. Semoga
bermanfaat. Aamiin.
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pola Hidup
Suku Sunda
Pola hidup masyarakat suku sunda
adalah berladang. Komunitas peladang ini hidupnya cenderung berpindah-pindah
atau nomaden, dan budaya bersawah memang kemudian dikenal pada masa pajajaran.
Namun area persawahan pada masa itu pun hanya berada di wilayah yang berdekatan
dengan kota Pakuan. Sedangkan masyarakat sunda di luar Pakuan tetap bekerja
sebagai peladang.
Para petani menggarap sawah mereka
untuk keperluan orang-orang kota Pakuan semacam bangsawan, bukanlah untuk diri
mereka pribadi. Masyarakat hanyalah patut dan tunduk oleh para bangsawan.
Selain bekerja sebagai peladang,
masyarakat sunda juga ada yang bekerja sebagai penggali saluran untuk menangkap
ikan, dan untuk masyarakat yang hidup di pesisir pantai atau pun laut mereka
akan mencari nafkah dengan menjala, menarik jaring, memasang jaring, menangguk
ikan, merentang jaring. Pola hidup bertani dan berladang itu pasti dilakukan
oleh masyarakat sunda, biasanya masyarakat peladang bertani di perbukitan dan
masyarakat petani (persawahan) bertani di daerah yang lebih lembab.
B. 7 Unsur
Kebudayaan Suku Sunda
Unsur-unsur kebudayaan suku sunda adalah :
a. Sistem Peralatan dan Teknologi
Sistem peralatan masyarakat sunda terdapat
pada senjata tradisionalnya yaitu kujang. Senjata seperti kujang ini disimpan
sebagai pusaka yang digunakan untuk melindungi rumah dari bahaya dengan
meletakkan di atas tempat tidur. Menurut sebagian orang kujang mempunyai
kekuatan tertentu yanng berasal dari dewa (Hyang),
kujang juga dipakai sebagai salah satu estetika dalam beberapa organisasi serta
pemerintahan. Dengan perkembangan kemajuan, teknologi, budaya, sosial dan
ekonomi masyarakat sunda, kujang pun mengalami perkembangan dan pergeseran bentuk,
fungsi dan makna. Dari sebuah peralatan pertanian, kujang berkembang menjadi
sebuah benda yang memiliki karakter tersendiri dan cenderung menjadi senjata
yang bernilai simbolik dan sakral.
Berdasarkan
fungsi kujang terbagi menjadi empat antara lain, Kujang Pusaka (lambang keagungan dan
perlindungan keselamatan), Kujang Pakarang (untuk berperang), Kujang Pangarak
(sebagai alat upacara), Kujang Pamangkas ( sebagai alat berladang).
Teknologi di masyarakat sunda pula
saat ini sudah berkembang pesat, masyarakat saat ini sudah banyak mengenal dan
bahkan memiliki benda-benda elektronik, tetapi adapula masyarakat sunda yang
masih kental dengan adat dan menghindari tentang adanya teknologi dan unsur
modern. Contohnya adalah masyarakat baduy. Mereka memang tidak begitu suka
dengan perubahan teknologi, karena bagi mereka adat leluhur dari nenek moyang
haruslah tetap dijalankan
b. Bahasa
Bahasa sunda juga mengenal tingkatan
dalam bahasa, yaitu bahasa untuk membedakan golongan usia dan status sosial antara
lain, yaitu :
Bahasa sunda lemes (halus) yaitu
dipergunakan untuk berbicara dengan orang tua,
orang yang dituakan atau disegani.
Bahasa sunda sedang yaitu digunakan
antara orang yang setaraf, baik usia maupun status sosialnya
Bahasa sunda kasar yaitu digunakan
oleh atasan kepada bawahan, atau kepada orang yang status sosialnya lebih
rendah.
Namun
demikian di Serang dan di Cilegon, lebih lazim menggunakan bahasa
Banyumasan (bahasa Jawa tingkatan kasar)
digunakan oleh teknik pendatang dari suku jawa.
c. Mata Pencaharian
Mata pencaharian pokok
masyarakat sunda adalah :
Bidang
perkebunan, seperti tumbuhan teh, kelapa sawit, karet dan kina
Bidang
pertanian, seperti padi, palawija, dan sayur-sayuran
Bidang
perikanan, seperti tambak udang, dan perikanan ikan payau
Selain
bertani, berkebun dan mengelola perikanan, ada juga bermata pencaharian sebagai
pedagang, pengrajin, peternak.
d.
Organisasi Sosial / Sistem Kemasyarakatan
Sistem
kekerabatan yang digunakan adalah sistem kekerabatan parental atau bilateral,
yaitu mengikuti garis keturunan kedua belah pihak orang tua yaitu bapak dan
ibu. Dalam keluarga sunda, bapak yang bertindak sebagai kepala keluarga. Ikatan
kekeluargaan yang kuat dan peranan agama Islam yang sangat mempengaruhi adat
istiadat mewarnai seluruh sendi kehidupan suku sunda.
Dalam bahasa sunda dikenal pula kosa
kata sejarah dan sarsilah (silsilah, silsilah) yang maknanya kurang lebih sama
dengan kosa kata sejarah dan silsilah dalam bahasa Indonesia. Makna sejarah
adalah susun galur atau garis keturunan. Pada saat menikah, orang sunda tidak
ada keharusan menikah dengan keturunan tertentu asal tidak melanggar ketentuan
agama. Setelah menikah, penggantin baru bisa tinggal di tempat kediaman istri
atau suami tetapi pada umumnya mereka memilih tinggal di tempat baru atau
neolokal. Dilihat dari sudut ego, orang sunda mengenal istilah tujuh generasi
keatas dan tujuh generasi ke bawah, antara lain yaitu :
Tujuh
generasi keatas :
Kolot, Embah, Buyut, Bao, Janggawareng, Udeg-udeg, Gantung
Siwur
Tujuh Generasi Kebawah :
Anak, Incu,
Buyut, Bao, Janggawareng, Udeg-Udeg, Gantung Siwur
e. Sistem Pengetahuan
Pendidikan di suku sunda sudah
dibilang sangat berkembang baik. Terlihat
dari peran
pemerintah Jawa Barat. Pemerintah Jawa Barat memiliki tugas dalam memberikan
pelayanan pembangunan pendidikan bagi warganya, sebagai hak warga yang harus
dipenuhi dalam pelayanan pemerintah. Pembangunan pendidikan merupakan salah
satu bagian yang sangat vital dan fundemental untuk mendukung upaya-upaya pembangunan
Jawa Barat di bidang lainnya. Pembangunan pendidikan merupakan dasar bagi
pembangunan lainnya, menginggat secara hakiki upaya pembangunan pendidikan
adalah membangun potensi manusia yang kelak akan menjadi pelaku pembangunan.
Dalam setiap upaya pembangunan,
maka penting untuk senantiasa mempertimbangkan karekteristik dan potensi
setempat. Dalam konteks ini masyarakat Jawa Barat yang mayoritas suku sunda
memiliki potensi budaya dan karekteristik tersendiri, baik secara
sosiologis-antropologis, falsafah kehidupan masyarakat Jawa Barat yang telah
diakui memiliki makna yag sangat mendalam.
f. Kesenian
Masyarakat sunda begitu gemar akan
kesenian, sehingga banyak terdapat jenis kesenian diantaranya seperti :
Seni
Bangunan
Rumah adat tradisional msayarakat
sunda adalah berbentuk keraton kesepuhan cirebonan yang memiliki 4 ruang, yaitu
sebagai berikut :
1. Pendopo
yaitu tempat untuk keselamatan sultan
2. Pringgondani
yaitu tempat untuk sultan memberikan perintah kepada adipati
3. Prabayasa
yaitu tempat sultan menerima tamu (ruang Tamu)
4. Panembahan
yaitu ruang kerja dan tempat istirahat sultan.
Seni Tari
Tari yang terkenal di masyarakat
sunda adalah tari topeng, tari merak, tari sisingaan dan tari jaipong.
Seni Suara
dan musik
Alaat musik tradisional masyarakat
sunda adalah angklug, calung, kecapi, dan degung. Alat musik ini digunakan
untuk mengiringi tembang. Tembang adalah puisi yang di iringi oleh kecapi dan
suling. Salah satu lagu tradisional masyarakat sunda yaitu : Bubuy Bulan, Manuk
dadali dan Tokecang.
Seni Sastra
Sunda sangat kaya akan seni sastra,
contohnya Prabu Siliwangi yang diungkapkan dalam bentuk pantun dan Si Kabayan
yang diungkapkan dalam bentuk prosa.
Seni
Pertunjukan
Pertubjukab yang paling terkenal di
suku sunda adalah Wayang Golek. Wayang golek adalah boneka kayu dengan
penampilan yang sangat menarik dan kreatif.
g. Religi/Agama
Sebagian
besar masyarakat suku sunda menganut Agama Islam, namun ada pula yang beragama
kristen, hindhu atau budha, dll. Mereka itu tergolong pemeluk agama yang taat
karena bagi mereka kewajiban beribadah adalah prioritas utama. Contohnya dalam
menjalankan ibadah puasa, sholat lima waktu, serta berhaji bagi yang mampu.
Mereka juga masih mempercayai adanya kekuatan ghaib. Terdapat juga adanya
upacara-upacara yang berhubungan dengan salah satu fase dalam lingkaran hidup,
mendirikan rumah, menanam padi, dan lain-lain.
C.Upacara Adat
Pengantin Suku Sunda
Upacara
adat pengantin suku sunda merupakan salah satu pilihan calon mempelai yang
ingin merayakan pesta pernikahannya. Khususnya mempelai yang berasal dari Sunda.
Adapun rangkaian acaranya dapat dilihat berikut ini:
· Sawer
Kedua mempelai duduk di penyaweran, yaitu di
halaman rumah tempat cucuran air hujan yang jatuh dari atap rumah dengan
dipanyungi. Acara ini dipimpin oleh seorang panembang (penyanyi) yang
membawakan tembang yang berisikan nasihat-nasihat orang tua bagi kedua
mempelai. Kedua orang tua mempelai menaburi pengantin/nyawer yang bahannya
terdiri dari beras kuning, bunga-bungaan, uang kecil/recehan,dan kembang gula
yang diperebutkan oleh para tamu; terutama anak-anak.
·
Meuleum Harupat
Meuleum harupat berarti membakar tangkai bunga pinang
kering, dimana api yang menyala kemudian ditiup oleh kedua mempelai yang
berarti hambatan, kesulitan dan godaan dalam berumah tangga hendaknya
dipecahkan bersama-sama. Setelah itu dilakukan acara:
a.
Nincak
Endog
Nincak endog berarti menginjak telur, dimana pengantin
pria menginjak telur yang kemudian kakinya akan dibasuh oleh pengantin wanita.
Acara ini bermakna pengabdian seorang istri kepada suaminya. Kemudian
dilanjutkan dengan acara:
b.
Nincak
Songsong
Nincak
songsong berarti menginjak songsong, songsong adalah bamboo kecil
untuk meniup kayu bakar agar apinya
tetap menyala. Setelah itu dilaksanakan acara.
·
Meupeuskeun Kendi
Kendi adalah tempat air dari tanah liat, kendi
tersebut dipecahkan bersama oleh kedua mempelai. Acara ini bermakna sebagai
penolak bala dalam rumah tangga. Acara dilanjutkan dengan:
·
Buka Panto
Buka panto berarti buka pintu, yang bermakna
permohonan izin seorang suami kepada istrinya untuk hidup berdampingan dalam
mengarungi bahtera rumah tangga. Setelah itu dilaksanakan acara.
·
Huap Lingkung
Huap lingkung berarti kedua mempelai
saling menyuapi senagai perlambang keduanya akan saling mengasihi. Kemudian
kedua mempelai disuapi oleh orang tua kedua belah pihak sebagai gambaran kasih
sayang orang tua kepada anak-anaknya dan merupakan suapan terakhir dari orang
tua. Pada acara huap lingkung diakhiri dengan rebutan bakakak hayam (panggang
ayam) sebagai gambaran bahwa rezeki yang dilimpahkan oleh Tuhan hendaknya
dinikmati dan disyukuri bersama-sama.
Setelah usai upacara adat ini
dilakukan dengan penerimaan ucapan selamat dan do’a restu dari seluruh
keluarga, handai taulan dan para tamu. Untuk menuju tempat pelaminan pengantin
disambut dengan kesenian yang dipandu oleh seorang lengser, lengser
inilah yang akan membawa pengantin dan kedua orang tuanya ke kursi pelaminan.
Dalam perjalanan menuju kursi pelaminan, dilakasanakan prosesi seni tari dalam
bentuk olah payung kebesaran, umbul-umbul yang diiringi oleh para penari.
Sesampainya di kursi pelaminan disuguhkan tarian persembahan. Selanjutnyapara
undangan dipersilahkan untuk memberikan ucapan selamat dan do’a restu kepada
kedua mempelai.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari makalah ini saya dapat menarik
kesimpulan bahwa suku sunda ini adalah suku yang memang sangat kental dengan
unsur budayanya, selain itu juga suku sunda terkenal dengan kuliner dan hasil
budaya yang memang masih disimpan baik di dalam suku sunda tersebut.
Saya sebagai seorang yang terlahir
di dalam adat suku sunda sendiri pun merasa bangga dengan suku yang memang
melekat pada dalam diri saya, karena yang saya tahu adalah suku sunda itu juga
memiliki sifat yang ramah yang bisa saling menghargai walaupun kepada
orang-orang yang belum di kenalnya, mereka juga sangat bersifat baik dalam
bahasa sundanya itu adalah “someaah hade
ka semah”. Dan itu lah yang menjadikan saya, dan mungkin seluruh masyarakat
yang terlahir di dalam suku sunda bangga terhadap sukunya tersebut.
Saran
Saran yang dapat saya berikan adalah
kita harus mengetahui bermacam-macam suku yang ada di Indonesia bukan hanya
suku sunda tetapi masih banyak suku-suku yang lainya. Mengenai suku sunda
sendiri kita harus bisa lebih mengembangkan suku yang kita miliki dari sejak
lahir, contohnya saja dalam berbahasa, kita harus bisa menguasai bahasa dalam suku
kita kalaupun misalkan kita tidak bisa menggunakan bahasa itu dengan baik, kita
harus bisa memahami makna dan maksudnya sedikit saja.
Suku itu merupakan bagian pokok dari
kebudayaan Indonesia. Tidak mungkin seseorang lahir tanpa adanya suku, pastilah
merka memiliki suku yang telah dibawa oleh kedua orang tuanya jika suku-suku
dari kedua orang tua berbeda kita tidak boleh condong terhadap satu suku saja
tetapi alangkah lebih baiknya kita bisa mempelajari dan mengenal lebih dekat
dari kedua suku-suku tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
·
Rosidi, Ayip. Revitalitas Dan Aplikasi Nilai-Nilai Budaya Sunda Dalam Pembangunan
Daerah. Bandung. 2010
·
Ningrat, Koentja. Manusia Dan Kebudayaan Di Indonesia.
Jakarta: Djambatan. 1982
·
Supriatna, Jatna. Melestarikan Alam Indonesia.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar